Tidak seperti biasanya hari ini Lapangan Ronggolawe sejak pagi hari sudah dipadati oleh pengunjung. Udara yang cukup dingin dan cuaca sedikit gerimis ini tidak membuat pengunjung mengurungkan niatnya untuk hadir di tempat ini. Mereka berbondong-bondong menuju Lapangan Ronggolawe untuk melihat Festival Balon Udara Tradisional Wonosobo yang rutin diselenggarakan setiap tahun.
Festival Balon Udara Tradisional Wonosobo diselenggarakan setiap tahun tepatnya beberapa hari setelah Idul Fitri di desa Kembaran, kecamatan Kalikajar, kabupaten Wonosobo. Festival ini diselenggarakan secara turun temurun untuk mempererat persaudaraan dan memeriahkan Idul Fitri.
Lokasi Festival Balon Udara Tradisional Wonosobo berada di tengah desa Kembaran yang jauh dari Jalan Raya Purworejo-Kalikajar sempat membuat kami kebingungan menuju lokasi. Untuk saja ada penduduk sekitar yang bersedia memberitahu arah tempat acara berlangsung. Saat tiba di lokasi Festival Balon Udara Tradisional Wonosobo sebelum fajar, suasana sudah mulai ramai.
Setelah waktu subuh, sebagian peserta sudah berdatangan menuju Lapangan Ronggolawe untuk mempersiapkan balon udara tradisional yang akan diterbangkan. Bahkan beberapa peserta dari luar daerah telah datang sejak malam atau dini hari. Hal tersebut bertujuan agar peserta festival tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menerbangkan balon udara tradisional.
Perlahan-lahan sinar matahari mulai menyinari lapangan Ronggolawe yang sebelumnya sempat diguyur gerimis tipis. Tepat pukul 06.00 seluruh peserta telah hadir di lokasi Festival Balon Udara Tradisional Wonosobo. Tidak lama kemudian dimulai acara pembukaan oleh panitia dan sambutan dari bupati Wonosobo.
Akhirnya dimulainya acara menerbangkan balon udara tradisional ke udara. Para peserta berlomba-lomba siapa yang menerbangkan balon udara terlebih dahulu ke angkasa. Balon udara tradisional yang mereka bawa dilepas dari ikatannya kemudian meluruskan dari lipatan-lipatannya. Bila ada bagian yang terlipat dikhawatirkan akan sobek karena material balon udara yang cukup sederhana. Menurut info yang didapat, sebagian besar balon udara tradisional berbahan utama kertas minyak yang ringan.
Para peserta Festival Balon Udara Tradisional Wonosobo mempersiapkan balon udaranya di dalam area yang dilingkari pembatas oleh panitia. Tujuannya agar penonton atau pengunjung tidak mengganggu kegiatan peserta dalam menerbangkan balon udara tradisional. Selain itu menghindarkan penonton dari bahaya apabila terjadi kecelakaan saat menerbangkan balon udara tradisional.
Balon udara tradisional yang telah dilepaskan dari lipatannya kemudian tali dibagian atas balon udara ditarik ke atas dengan katrol sederhana dari tiang bambu. Balon udara yang terangkat naik selanjutnya diisi dengan udara atau gas. Gas yang digunakan berasal dari asap pembakaran daun kering dan batok kelapa. Alasan penggunaan daun kering dan batok kelapa adalah asap yang dihasilkan berwarna hitam. Asap hitam yang pekat mampu mendorong atau mengangkat balon udara tradisional ke angkasa.
Metode mengangkat balon udara tradisional ke udara dengan asap pembakaran di Festival Balon Udara Tradisional ke udara cukup unik karena tidak menggunakan bola api seperti festival balon udara di daerah lain. Panitia acara sempat bercerita bila dahulu balon udara tradisional pernah menggunakan metode bola api. Namun setelah beberapakali terjadi kecelakaan pada balon udara yang mengakibatkan kebakaran, penggunaan bola api dihentikan.
Beberapa puluh menit setelah Festival Balon Udara Tradisional Wonosobo dimulai, beberapa peserta berhasil menerbangkan balon udara. Sebagian balon udara yang diterbangkan berhasil terbang jauh ke angkasa. Sebagian kecil lainnya hanya mampu mengudara sebentar kemudian jatuh di areah persawahan tidak jauh dari lokasi. Para penonton pun bersorak sambil mengejar balon udara tradisional yang jatuh untuk mengambil kertas dorprize yang dikaitkan pada balon udara.
Hari bertambah siang dan sebagian peserta Festival Balon Udara Tradisional Wonosobo gagal menerbangkan balon udaranya. Cuaca yang mulai memanas dan angin yang bertambah kencang menjadi salah satu penyebabnya. Sekelompok peserta menghentikan usaha menerbangkan balon udaranya ketika balon udaranya sobek terkena angin yang cukup kencang. Beberapa kelompok lain pun turut menyerah ketika balon udaranya tak kunjung dapat terbang ke angkasa. Secara keseluruhan, acara Festival Balon Udara Tradisional Wonosobo di kecamatan Kalikajar ini sukses menghibur penonton. (text/foto: annosmile)
2016 – Sapuran, Wonosobo
2 Agustus 2015 – Kalianget, Wonosobo (batal)
19-20 Juli 2015 – Sapuran, Wonosobo
10 Agustus 2014 – Sapuran, Wonosobo
Dibawah ini adalah pendapat yang dikirimkan pembaca atas artikel ini. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara bebas, anda boleh menulis apa saja asal mampu mempertanggungjawabkannya. Kami menerima kritik dan saran namun tidak menerima caci maki. Hidup cuma sekali, jangan sia-siakan hanya untuk menyakiti hati orang lain.
hikss dari dulu g pernah kesampean liat event ini :’)
wah baru tau ada event balon udara tradisional kyk gini, potensial bgt yah kawasan dieng dgn event2 kerennya ^^
Balon yang susah terbang kayaknya itu krn kedinginan. Butuh kehangatan. :D
Rame yooooo. . .